Recent Posts

23 August, 2013

I'm not anxious about my life


I'm not anxious about my life
But about consuming luxurious food
And putting splendour clothes

For I feel they are more than life

For I see they are more than body

I'm not anxious of not getting what I need

But of not receiving what I want

Save me from this idolatrous eyes!

Deliver me from this gluttonous insides!
Thus this anxiety will fade away

13 August, 2013

Membatasi akses internet


Pornografi. Sesuatu yang tentu tidak asing di telinga, namun jarang sekali dibicarakan dan bahkan seringkali disembunyikan di bawah keset kaki. Saya teringat pertama kali sulitnya saya untuk dapat mengaksesnya ketika masih remaja. Di saat itu akal bulus sangat diperlukan agar tidak tertangkap basah waktu mengakses hal tersebut. Bahkan ketika pindah ke Australia—negara yang lebih bebas dari Indonesia—mengkonsumsi hal tersebut tidaklah mudah, karena orang akan melihat ketika saya masuk ke convenience store dan membeli “majalah” berisi hal tersebut.

Berbeda sekali dibandingkan di abad ke-21 ini, di mana segala sesuatu dapat diakses hanya dari sebuah smartphone. Terlebih dari itu, di manapun Anda mau, Anda dapat mengaksesnya—bahkan di dalam lemari baju Anda yang tertutup rapat, walaupun itu tergantung kuatnya signal mobile Anda—tanpa kuatir seorang akan mengetahuinya.

Tidak sedikit artikel yang telah membahas betapa buruknya hal tersebut, bagaimana cara menanggulanginya, bagaimana berperang melawannya. Namun, di kesempatan ini saya hanya menyuguhkan satu saran untuk membatasi akses internet smartphone Anda. Tentu ini bukanlah jawaban dari masalah tersebut, tetapi setidaknya hal ini dapat menghentikan akses Anda ketika Anda sedang seorang diri, dalam ruangan yang terkunci rapat.

Banyak orang beragumentasi bahwa dengan membatasi akses internet, maka kita tidak akan belajar mengenai penguasaan diri. Menjawab hal tersebut, justru karena saya tidak terlalu percaya bahwa saya bisa menguasai diri, untuk itulah saya membatasi akses smartphone saya. Tentunya saya tidak mau terdengar seperti seorang legalis yang berpikiran jika saya melakukan hal ini maka saya pasti terbebas dari hal tersebut. Tentu tidak. Tentu Tuhanlah yang dapat menolong kita dari masalah tersebut, tetapi saya percaya Dia dapat memakai banyak cara.

Heath Lambert dalam bukunya—Finally Free—menyebutkan setidaknya 8 strategi yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi masalah tersebut. Salah satu di antaranya adalah membuat langkah-langkah radikal, saya pikir saran yang akan saya berikan adalah salah satu langkah radikal yang mungkin Anda dan kita bisa lakukan.

Saran saya adalah, untuk membatasi sebagian akses internet smartphone Anda dengan menaruh software yang bernama Covenant Eyes ($8.99/bulan). Software ini mendeteksi websites apa saja yang Anda sudah jelajahi. Kemudian, software ini secara waktu berkala mengirimkan data tersebut kepada teman yang sudah Anda pilih. Teman Anda dapat menanyakan dengan penuh kesedihan: “Mengapa Anda menjelajahi situs Y pada hari Z”. Bahkan lebih baik jika Anda mengakuinya ke teman Anda sebelum teman Anda menanyakannya—berharap tentunya dengan satu penyesalan dan kesedihan juga. Dengan kedua hal di atas, saya berharap percakapan dari hati ke hati dapat terjadi. Hal ini bukan untuk melihat rendah atau menjatuhkan Anda, melainkan untuk membantu Anda dari masalah Anda.

Jika Covenant Eyes terlalu mahal bagi Anda, mungkin alternatif yang lain adalah membatasi akses internet Anda sepenuhnya. Bila Anda memakai iPhone, Anda dapat meminta tolong teman Anda untuk mengaktifkan Parental Controls—mematikan Safari dan Installing Apps. Dengan demikian, Anda sama sekali tidak dapat mengakses websites dari smartphone Anda, di manapun Anda berada. Maukah Anda membatasi akses internet di smartphone Anda? Atau Anda sedang membaca tulisan ini di lemari baju yang terkunci rapat?

24 July, 2013

Janji dan Hukum di Perjanjian Lama

"Kamu harus menjadi kepala dan bukan ekor", begitulah kata-kata yang terngiang-ngiang di telinga banyak orang Kristen. Kedengarannya seperti kata-kata motivasi, tetapi ini memang janji Tuhan kepada  bangsa Israel. Tapi apakah Janji ini masih berlaku di zaman ini? Kalaupun iya, apakah bentuknya? Apakah berarti kita semua akan menjadi kepala dalam arti memimpin, seperti mungkin menjadi seorang manajer di perusahaan?

Kalimat tersebut dilanjutkan "Kamu akan terus naik dan tidak turun". Definisi naik itu apa? Apakah berarti kita akan berada di atas masalah? Atau berarti kehidupan kita akan selalu menuju ke puncak, baik dari karir, keluarga dan segalanya? Tapi apakah mungkin janji Tuhan kepada Israel waktu itu bukanlah untuk kita, walaupun memang kita adalah Israel yang sejati sebagai orang Kristen. Ataukah kita yang kerapkali menerjemahkan ayat-ayat Alkitab di Perjanjian Lama untuk kepentingan pribadi kita.

Bukankah kita seringkali tidak konsekuen? Di satu pihak kita mau janji-janji yang baik di Perjanjian Lama, tetapi ketika Hukum dibacakan, kita akan begitu cepatnya berkata "Hukum Taurat sudah dipenuhi di Yesus Kristus, untuk itu tidak revelan lagi". Sedangkan tidak pernah kita akan berkata janji-janji di Perjanjian Lama sudah dipenuhi di dalam Kristus. Ataupun jikalau kita berkata sudah dipenuhi di dalam Kristus, bukankah Kristus sudah lebih dari cukup daripada janji untuk menjadi kepala bukan ekor? untuk tetap naik dan tidak turun? (itupun kalau memang ayat tersebut sepatutnya diterjemahkan secara gamblang)

Hmm....

30 June, 2013

Semester satu selesai

Minggu lalu adalah minggu terakhir ujian di sekolah saya. Walaupun hasil dari ujian tersebut belum kelar, tetapi rasa lega di dada sudah terasa. Sekolah untuk mendalami Alkitab ternyata tidak semudah yang saya bayangkan—sulit malah. Apalagi bahasa pengantar yang dipakai adalah Bahasa Inggris. Tetapi setelah semester ini selesai (saya harap lulus "subjects" yang saya ambil lulus semua), saya mengucap syukur atas bimbinganNya selama semester pertama. Masih ada tujuh semester di depan yang harus ditempuh, berdoa agar saya selalu melihat kepada Kristus bukan kepada seberapa baik nilai yang harus saya capai.

20 May, 2013

Membuat Perjanjian Lama "masuk akal"

Mengapa Perjanjian Lama tetap dimasukkan sebagai Kitab Suci umat Kristiani? Banyak konsep-konsep yang sulit dimengerti, apalagi ketika Yesus Kristus sudah lahir, mati, bangkit dan naik ke surga. Apakah Perjanjian Lama masih relevan untuk umat Kristiani. Seringkali kita sebagai umat Kristen melupakan Perjanjian Lama, sehingga tidak sedikit dari kita yang enggan mempelajarinya.

Bagaimana kita membuat Perjanjian Lama lebih "masuk akal"? Mungkinkah sebenarnya Perjanjian Lama adalah satu bagian dari keutuhan karya keselamatan Allah untuk umat manusia di muka bumi ini? Buku di bawah ini saya anjurkan untuk Anda yang selalu bertanya-tanya mengapa Perjanjian Lama harus ada? Apakah signifikansinya? Selamat membaca.


According to Plan - Graeme Goldsworthy

The massive diversity and complexity of the Bible can make it a daunting project for anyone to tackle. Getting a grasp on the unity of the Bible, its central message from Genesis to Revelation, helps immensely in understanding the meaning of any one book or passage. That is the goal of this book by Graeme Goldsworthy.

Goldsworthy answers these questions with an integrated theology of both Old and New Testaments that avoids unnecessary technicalities. Concise, pithy chapters featuring dozens of charts, highlighted summaries and study questions make an enormously useful book for understanding how the Bible fits together as the unfolding story of God's plan for salvation.